RAJA DAMAI TELAH LAHIR
OLEH: Pdt. Juliana Zai, STh
Ev: Mikha 5: 1-4
Ep: Kisah Para Rasul 13: 21-25
Sahabat yang dikasihi Tuhan,
Mikha berasal dari sebuah kota kecil di Moresyet yang berada di sebelah selatan Yerusalem. Menurut Mikha 1: 1, Mikha bernubuat pada zaman Yotam, Ahas dan Hizkia memerintah di Yehuda. Ia mengkritik para pemimpin Samaria dan Yerusalem dengan mengulangi peringatan-peringatan yang disampaikan nabi-nabi sebelumnya, yakni Amos dan Hosea. Para pemimpin dan penduduk Samaria akan dihakimi sebab mereka menyembah ilah lain dan memperlakukan orang miskin dengan tidak adil (1: 2-7). Peringatan-peringatan itu pun digenapi ketika Asyur menyerang Israel dan menaklukkan Samaria. Banyak penduduk Israel dari kerajaan utara dipaksa meninggalkan negeri mereka dan tinggal di bagian-bagian lain dari kerajaan Asyur.
Mikha memperingatkan para pemimpin Yerusalem bahwa mereka akan menerima hukuman yang sama sebab mereka juga melakukan kejahatan yang sama. Pada tahun 701 SM, orang Asyur melewati kampung halaman Mikha untuk menghancurkan kota-kota di Yehuda. Yerusalem dikepung namun gagal dihancurkan karena Hizkia meminta pertolongan Allah (2 Raj. 18: 13-19: 37). Pada tahun 586, Babel dan musuh-musuh lainnya merebut Yerusalem dan banyak warga terkemuka ditawan ke pembuangan Babel (2 Raj. 25: 1-21).
Namun kehancuran Samaria dan Yerusalem bukanlah akhir dari segala-galanya. Walaupun Allah bertindak sebagai hakim, Dia tetap peduli dan penuh kasih kepada umat-Nya. Kelak mereka akan kembali ke Yerusalem dan menyembah Tuhan di Bait Suci. Seorang pemimpin baru akan memimpin umat Allah layaknya seorang gembala yang setia dan memulai suatu masa damai. Maka pada tahun 539 SM, orang Persia menaklukkan Babel dan membolehkan orang-orang Yehuda pulang untuk membangun kembali Yerusalem dan Bait Suci. Maka dalam renungan hari ini menegaskan bahwa Allah akan menepati janji-Nya apabila umat itu kembali beribadah kepada-Nya dan hidup dalam pertobatan.
Sahabat yang dikasihi Tuhan.
Nabi Mikha dengan tegas mengatakan bahwa Raja Damai akan datang segera, yaitu seorang Raja yang memimpin dengan penuh kasih, benar dan adil. Raja itu akan datang dari Betlehem, yaitu sebuah kota kecil di kawasan pertanian yang terletak sekitar 8 km sebelah selatan Yerusalem. Efrata adalah nama sebuah suku yang tinggal di Betlehem atau daerah sekitarnya, atau mungkin juga nama lain untuk kota itu. betlehem adalah kampung halaman Daud, Raja Israel (1 Sam.16:1). Dalam Perjanjian Baru, kelahiran Yesus di Betlehem dilihat sebagai penggenapan nubuat Mikha dalam Mikha 5: 1-4 (bdk. Mat. 2:1-6; Luk. 2: 4-7; Yoh. 7: 42).
Bangsa Israel yang sudah dinubuatkan akan menerima hukuman berat atas ketidak setiaan mereka kepada Tuhan sehingga harus dibuang ke Babel, untuk beberapa lama mereka harus mengalami penderitaan yang hebat. Tidak hanya nubuat penghukuman, nabi Mikha juga menubuatkan bahwa akan tiba waktunya penyelamatan dari Allah akan dinyatakan yaitu dengan kelahiran seorang Mesias. Umat Israel akan menanti-nantikan waktunya seorang perempuan yang akan melahirkan. Perempuan itu akan melahirkan Dia yang akan bertindak dan akan menggembalakan umat dalam kekuatan TUHAN dan dalam kemegahan nama TUHAN Allah. Dia yang akan datang dari kampung halaman Daud adalah Raja Terbesar Israel. Dia akan memerintah seperti raja gembala yang ideal yang membawa keadilan dan damai kepada rakyat-Nya. Mesias yang lahir di Betlehem itu adalah Yesus Kristus. Dengan demikian setiap orang yang mau dengan setia menanti-nantikan kedatangan Yesus Kristus adalah orang-orang yang akan tinggal tetap bersama dan di dalam Yesus Kristus.
Ketika umat percaya tetap setia dan beriman serta hidup dalam pertobatan maka Mesias itu akan bertidak dan menggembalakan mereka dengan kekuatan-Nya. Dan Dia membawa damai sejahtera, apabila ada musuh-musuh yang datang yang hendak menghancurkan, Dia akan tampil sebagai pembela untuk melindunginya.
Sahabat yang dikasihi Tuhan,
Raja Damai itu sudah datang dua ribuan tahun yang lalu. Namun persoalannya: Sudahkah kita hidup dalam damai? Sudahkah kita berdamai dengan diri kita sendiri, berdamai dengan hati dan pikiran sendiri? Sudahkah kita berdamai dengan anggota keluarga kita, suami, isteri, saudara, mertua, ipar, tetangga dan semua orang yang berada di sekitar kita? Atau jangan-jangan hidup kita masih jauh dari Damai karena keegoisan, mementingkan diri sendiri, menganggap diri lebih hebat dari orang lain, lebih baik dari orang lain, tidak mau merendahkan hati sehingga apa yang diharapkan damai sejahtera sering tidak ditemukan.
Dia yang lahir ke dunia ini adalah Anak Allah, Raja damai yang membawa Damai Sejahtera ketengah-tengah dunia yang penuh dengan kerusuhan, ketidak benaran, keegoisan, pertentangan, ketidak adilan, dan sebagainya. Maka bagi setiap orang yang mau menerima kelahiran Sang Raja Damai dan datang kepada-Nya akan merasakan dama sejahtera dalam kehidupannya. Oleh karena itu hendaklah kita hidup di dalam Tuhan, mau beribadah kepada-Nya, melakukan hal-hal yang berkenan dengan Firman Tuhan serta menerima Sang Raja Damai sebagai sumber damai sejahtera dalam kehidupan kita.
Allah menginginkan supaya damai ada dalam kehidupan umat-Nya. Natal membawa damai sejahtera di tengah-tengah keluarga kita, dimana kita menjadi pembawa damai untuk keluarga kita, tidak ada lagi perkelahian, tidak ada lagi kemarahan yang berapi-api, tidak ada lagi dendam yang berkarat, tetapi kita mau hidup dalam damai satu dengan yang lain. Yesus Sang Raja Damai telah datang membawa damai kepada umat manusia, maka marilah kita menjadi pembawa damai dimana pun kita berada. Amin.
SELAMAT MENYAMBUT NATAL. TUHAN YESUS MEMBERKATI!
Salam sehat dan bersemangat dalam penyertaan Tuhan (JZ)