BERJAGA-JAGALAH DAN WASPADALAH TERHADAP SEGALA KETAMAKAN
OLEH: Pdt. Juliana Zai, STh
Lukas 12:15 “Kata-Nya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu”
Sahabat yang dikasihi Tuhan.
Ketamakan berasal dari kata tamak atau disebut juga keserakahan. Ketamakan pada umumnya diartikan sebagai keinginan yang sangat besar untuk memiliki kekayaan, barang atau benda, dengan maksud menyimpannya untuk dirinya sendiri. Pengertian ini diterapkan pada keinginan yang besar dan mencolok dalam upaya mengejar kekayaan, status sosial, dan kekuasaan. Ketamakan disebut juga sebagai jurang tanpa dasar yang menguras energi seseorang dalam upaya tanpa henti untuk memenuhi keinginannya dan tidak pernah mencapai kepuasan bahkan cenderung menjadi pribadi yang egois. Orang yang tamak adalah budak dari hasrat atau gairahnya sendiri yang lebih mencondongkan hatinya untuk kepuasaan diri sendiri tanpa peduli kepada orang lain. Orang yang tamak biasanya punya ciri yang selalu iri hati kepada orang yang lebih sukses atau yang lebih baik darinya, cemburu, berambisi untuk menguasai bahkan menghalalkan segala cara untuk mengambil yang bukan miliknya dan terus menerus mengumpulkan sebagai jaminan keamanan dan kenyamanan hidupnya di dunia ini. Orang yang tamak tidak pernah merasa puas dan tidak pernah merasa cukup, tetapi selalu merasa kurang dan sulit sekali mengucap syukur.
Sahabat yang dikasihi Tuhan.
Renungan hari ini merupakan nasihat Tuhan Yesus kepada seorang dari antara orang banyak yang sedang mendengarkan pengajaran Tuhan Yesus. Orang tersebut meminta kepada Yesus agar Dia berkata kepada saudaranya supaya saudaranya mau berbagi warisan dengannya. Orang tersebut kemungkinan mengeluh kepada Tuhan Yesus tentang sikap abangnya sebagai anak sulung yang tidak mau membagi warisan kepada dirinya sebagai adik. Atau kemungkinan abangnya telah membagi warisan itu namun adiknya meminta lebih dari abangnya. Dan memang menurut tradisi atau adat tertentu, biasanya anak sulung atau abang selalu mempunyai bagian yang lebih banyak dalam pembagian harta warisan dan bahkan kemungkinan si anak sulung tidak wajib membagi-bagikan warisan atau harta pusaka. Tuhan Yesus tahu bahwa orang yang datang kepadanya itu bukanlah berasal dari keluarga miskin tetapi berasal dari orang berada.
Oleh karena itu, dengan perkataan yang agak pedas, Yesus menolak mencampuri perkara itu. Mengapa? Karena Yesus tahu bahwa kedua-duanya (abang dan adik) memiliki hasrat yang ingin lebih bahkan perkara diantara keduanya timbul dari kelobaan dua orang kaya yang bersaudara dan perkara itu menjadi sebab untuk mengarahkan perhatian para pendengar-Nya kepada sesuatu yang jauh lebih penting daripada soal warisan semacam itu. Yesus tidak hanya menegur dua orang bersaudara itu namun juga menasihati orang banyak yang sedang berkumpul pada waktu itu agar mereka selalu berjaga-jaga dan waspada terhadap segala macam ketamakan. Yesus berkata: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.”
Dalam hal ini, Yesus mengingatkan bahwa memiliki kelimpahan harta tidak memberi kuasa apa pun atas hidup dan tidak menjamin sama sekali amannya hidup seseorang. Selain itu, Yesus mau menegaskan bahwa apa yang ada pada seseorang termasuk segala milik kepunyaannya, dan juga hidup seseorang, semuanya itu bukanlah milik kepunyaan manusia itu sendiri tetapi merupakan sesuatu yang diberikan Allah kepada manusia sebagai pinjaman. Jadi, kalaupun seseorang itu memiliki harta yang berlimpah, itu bukanlah milik kepunyaannya tetapi milik Tuhan Allah yang mempercayakan kepada seseorang untuk memakainya dan juga menyalurkannya kepada orang lain. Yesus menasihatkan agar setiap orang berhati-hati dan waspada terhadap ketamakan.
Nasihat ini juga yang dikutip Timotius supaya setiap orang senantiasa menjauhkan diri dari ketamakan, loba, congkak dan serakah, sebab semuanya itu akan membawa seseorang pada kehancuran dan kebinasaan bahkan menyiksa dirinya sendiri. Seperti yang tertulis dalam 1 Timotius 6: 9-10: “Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.”
Sahabat yang dikasihi Tuhan.
Nasihat Tuhan Yesus ini pun juga ditujukan kepada kita supaya kita berhati-hati dan waspada terhadap ketamakan. Tuhan Yesus menasihatkan bahwa hidup manusia tidak tergantung dari kekayaannya walaupun hartanya berlimpah-limpah. Kekayaan tidak menjamin keselamatan seseorang atau pun kedamaian dan kebahagiaan. Jika kita berfokus hanya ingin kaya dan mengumpulkan harta duniawi maka kita akan menuai kekecewaan karena harta duniawi bisa rusak dan bisa hilang, namun kita diajak untuk mengumpulkan harta sorgawi yaitu ketaatan kita melakukan perintah Tuhan dan seberapa berartinya hidup kita bagi orang lain. Amin.
Upload by: St. Dr. Ir. Hisar Sirait, M.A