MEMELIHARA MULUT DAN LIDAH
Oleh: Pdt. JULIANA ZAI, STh.
Nats Firman TUHAN:
Amsal 21:23 “Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran”
Sahabat yang dikasihi Tuhan,
Konon karena perkara perkataan satu kampung bisa terjadi perselisihan, bahkan ada juga akibat berita bohong yang menjadi asumsi publik mengenai pribadi seseorang menjadi motif terjadinya pembunuhan. Benar sekali perkataan bijak yang mengatakan bahwa lidah sekalipun tidak bertulang tetapi dapat mengendalikan kehidupan. Seperti setir mobil atau kemudi kapal, lidah dapat menentukan arah hidup.
Alkisah ada seorang pendeta yang dikenal baik dalam pelayanan di Gereja dan Masyarakat. Suatu ketika Sang Pendeta menegur prilaku seorang gadis yang berprilaku tidak sopan. Ternyata si Gadis itu tersinggung. Karena rasa dendamnya, si Gadis membuat berita bohong mengenai Sang Pendeta. Seperti biasa, gosip segera menyebar dengan cepat. Sang Pendeta mulai ditolak di masyarakat, tidak ada lagi yang mau mendengar pengajaran Sang Pendeta baik saat ibadah mau pun di sekolah. Si Gadis berujar dalam hatinya dengan senang, “rasain!!!”
Setelah sekian lama, Sang Pendeta jatuh sakit, tetapi tidak ada yang datang menjenguknya. Masyarakat mulai kehilangan penjaga nilai kebajikan. Tidak ada yang menegur sapa, tidak ada lagi yang menjadi penengah dalam persoalan-persoalan di masyarakat, juga tidak ada yang memberitakan kebenaran Firman Tuhan dalam Ibadah.
Si Gadis mulai menyesali perbuatannya dan dikejar rasa bersalah. Dengan menyesal dia mendatangi rumah Pendeta, dan memohon kiranya Sang Pendeta berkenan memaafkannya. Tetapi ternyata Pendeta itu tidak segera mengampuni si Gadis, melainkan menyuruh si Gadis untuk mengambil bantal dan membawa bantal itu ke atas menara gereja. Pendeta juga meminta si Gadis untuk merobek bantal itu dan mengeluarkan isi bantal di atas menara gereja, biarkan kapuk bantal diterbangkan angin.
Setelah selesai melakukan hal yang diminta Sang Pendeta, si Gadis kembali pergi ke rumah Pendeta, dan berharap Sang Pendeta sudah mengampuninya. Tetapi Pendeta itu ternyata menyuruh si Gadis untuk pergi mengumpulkan kapuk bantal dan membentuknya menjadi utuh seperti semula. Si Gadis menjadi marah, karena hal itu tidak mungkin dilakukan, kapuk tentunya sudah pergi ke segala penjuru. Sang Pendeta pun berkata, “demikianlah akibat perkataanmu anakku, tidak akan mungkin bisa memulihkan nama baik saya”. Lalu Sang Pendeta mengampuni si Gadis dan menyuruhnya pulang.
Sahabat yang dikasihi Tuhan,
Perkataan yang keluar dari mulut tentu berasal dari hati. Ucapan, ujaran mau pun perkataan yang keluar dari mulut kita sering sekali dipengaruhi oleh isi hati dan juga suasana hati. Oleh sebab itu penting sekali untuk menjadi bijaksana dalam mengucapkan segala sesuatu, dengan cara memelihara hati di dalam takut akan Tuhan. Firman Tuhan penting untuk mengisi hati kita setiap hari, agar isi perbendaharaan hati kita adalah hal yang baik.
Kata-kata yang kita ucapkan tidak hanya berpengaruh pada diri sendiri tetapi akan sangat berdampak pada orang lain. Ketika kita mengucapkan kata-kata jahat, kita tidak hanya mengungkapkan dosa dalam hati kita (Lukas 6:45), tetapi juga memupuk dosa itu dan membuatnya bertumbuh. Yesus mengatakan bahwa bukan yang masuk ke dalam mulut, melainkan apa yang keluar dari mulutlah yang najis. Yakobus menyatakannya dengan kalimat lain, “Lidah … dapat menodai seluruh tubuh” (Yakobus 3:6). Lidah yang tidak dikendalikan akan merusak diri kita sendiri.
Oleh karena itu renungan hari ini mengingatkan kita agar kita memelihara mulut dan lidah kita, dengan demikian kita juga menjaga diri kita dari kesukaran-kesukaran akibat dari perkataan yang keluar dari mulut dan lidah kita. Seperti yang tertulis dalam renungan hari ini Amsal 21:33 “Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran”. Ketika kita memelihara mulut dan lidah kita maka kita menghentikan kejahatan yang diam-diam menggerogoti akar jiwa kita. Dengan bantuan Allah, kita harus belajar untuk memelihara mulut dan mengendalikan lidah kita. Oleh karena itu penting sekali menguasai hati dan pikiran dengan lebih banyak mengisinya dengan kebenaran Firman Tuhan. “Tidak seorang pun yang berkuasa menjinakkan lidah” (Yakobus 3:8). Tetapi kita harus meminta kepada Tuhan agar Ia memampukan kita mengendalikan mulut dan memelihara lidah kita. Mintalah kepada-Nya untuk mengawasi mulut Anda (Mazmur 141:3), dan serahkan kendali lidah Anda kepada-Nya. Amin.
Upload by: St. Dr. Ir. Hisar Sirait, M.A.