KOTBAH MINGGU 23 APRIL 2024

KOTBAH:  Minggu, 23 April 2023 (Miserikordias Domini)

DILAHIRKAN KEMBALI OLEH FIRMAN ALLAH

Ev: 1 Petrus 1: 17-23

Ep: Mazmur 116: 12-19

Sahabat yang dikasihi Tuhan.

Minggu ini, kita memasuki minggu Miserikordias Domini yang berarti bahwa Bumi ini penuh dengan kasih setia Tuhan (Mzm 33:5b). Kasih setia Tuhan yang tak berkesudahan bagi seluruh bumi dan seluruh alam semesta digenapi dalam pengorbanan Yesus Kritus sebagai korban keselamatan. Sungguh, Bumi ini penuh dengan kasih setia Tuhan.

 

Nas renungan hari ini, mengingatkan setiap umat Kristen agar mempersiapkan akal budi, waspada dan meletakkan dasar seluruh pengharapannya atas kasih karunia yang dianugerahkan Yesus Kristus. Jemaat Kristen di Bitania, Asia Kecil, Kapadokia dan Galatia berada dalam situasi yang tidak enak bahkan jauh dari kenyamanan, mereka hanya dianggap sebagai pendatang (paroikos) dan perantau (parepidemos) saja, atau dalam bahasa sekarang disebut sebagai “orang yang numpang hidup”. Mereka tidak memiliki status kewargaan yang diakui. Situasi ini kerap menjebak dan menjadikan mereka korban ketidak-adilan, korban kejahatan, tanpa ada yang mau membela hak mereka. Hidup mereka dalam ketakutan dan bayang-bayang ketidak-nyamanan dan terkadang mendorong mereka untuk melakukan pembalasan, sebagai alasan pembenarannya adalah “membela diri”.

 

Tetapi Rasul Petrus mengingatkan mereka, bahwa sebagai Jemaat Kristen mereka adalah BENAR hanya sekadar pendatang dan perantau di mata dunia ini. Namun, kita adalah anak-anak Allah. Allah Sang Bapa kita adalah pemilik bumi ini, pengakuan dunia akan keberadaan kita bukan hal yang utama, melainkan kesungguhan hidup kita sebagai anak-anak Allah yang membuktikan bahwa kita memiliki hak sebagai warga Kerajaan Allah. Sebagai anak-anak Allah yang telah menerima anugerah keselamatan, sepatutnya kita hidup tidak lagi menuruti hawa nafsu dunia, melainkan hidup sebagai Warga Kerajaan Allah di bumi ini. Sehingga ancaman, rasa tidak nyaman, atau pun ketakutan tidak boleh menjadi pembenaran untuk menuruti hawa nafsu duniawi. Padahal, kita tahu bahwa ketika kita mau mengikuti hawa nafsu dan jatuh kepada keinginan daging, sesungguhnya kita masuk ke dalam kubangan dosa. Sebagai anak-anak warga kerajaan Allah, harus tetap menjaga kekudusan sebab Allah yang kita sembah adalah Allah yang Kudus (ayat 14-16).

 

Kita harus lebih takut dan lebih kasih kepada Allah Bapa dari pada kepada segala-galanya (ayat 17), Karena Dia adalah pemilik kehidupan, pemilik bumi, penyelamat kita. Dunia dan penguasa dunia ini bukanlah pemilik sesungguhnya, Allah Bapa kita adalah pemilik sesungguhnya. Mereka hanya menakut-nakuti dengan gertakan sambal saja. Pemilik sesungguhnya adalah Bapa yang mengasihi dan menyelamatkan kita. Kita telah diselamatkan dan bahkan diberi jaminan akan kehidupan di bumi dan di akhirat, jangan mau untuk ditakut-takuti oleh situasi atau pun keadaan yang tampaknya seperti sedang mengancam. Pilihlah untuk tetap teguh hidup dalam kekudusan, karena kita tahu bahwa Sang Khalik dan Penguasa Semesta adalah Bapa kita. Marilah pelihara hati yang selalu Lebih Kasih dan Lebih Takut kepada Allah dari pada kepada apa pun juga.

 

Ayat 18-19 menegaskan bahwa kita ditebus dengan darah yang mahal yaitu darah Kristus.

 

Seorang pria pergi ke toko perhiasan dan membeli sebuah kalung untuk isterinya. Setelah beberapa lama memilih dan mendapatkan kalung yang sesuai, maka dia pun membelinya dan membawa pulang. Setiba di rumah dia memberikan kalung itu kepada isterinya dan memakaikannya dengan hati yang gembira dileher isterinya. Isterinyapun menerimanya dengan sukacita. Namun karena suaminya tidak memberikan surat pembelian perhiasan itu, maka isterinya tidak terlalu menyukainya karena dia pikir kalung itu adalah imitasi atau kalung murahan. Meskipun begitu, ia menghargai pemberian suaminya dan tetap memakai kalung itu.

 

Suatu hari si isteri pergi jalan-jalan ke mall dan melihat sebuah kalung yang sama persis seperti yang dibelikan suaminya kepadanya. Kalung yang sedang tergantung dilehernya diperhatikannya dengan seksama dan dibandingkannya dengan kalung yang ada di toko perhiasan itu. Lalu ia pun bertanya kepada penjaga toko, apakah kalung yang dipakainya itu emas atau tidak? Kalau benar emas, harganya berapa? Perempuan itu sangat kaget ketika mengetahui bahwa kalung yang dipakainya adalah emas putih yang bernilai Rp. 15.000.000. Perempuan itu pun sangat senang dan terharu akan kasih sayang suaminya dan hadiah yang diberikannya.

 

Sahabat yang dikasihi Tuhan.

Jika manusia tahu memberikan yang terbaik untuk orang yang dikasihinya, maka Bapa kita yang di sorga pun tahu memberikan yang jauh lebih baik dan lebih berharga daripada emas. Allah Bapa memberikan nyawa-Nya, yaitu tubuh dan darah-Nya untuk korban penebusan atas dosa dan pelanggaran yang kita lakukan. Harga kita jauh lebih mahal dari emas dan perak, yaitu seharga darah Yesus Kristus yang tercurah di kayu Salib. Semua hal itu dilakukan-Nya karena kita adalah anak-anak-Nya yang sangat berharga bagi-Nya. Tuhan sangat mengasihi kita, itulah sebabnya Dia membrikan Anak-Nya yang Tunggal sebagai korban penebusan atas dosa-dosa yang telah kita lakukan.

 

Bagi orang Kristen mula-mula pada waktu itu, mereka tahu betul rasanya bagaimana hidup mereka dianggap tidak berharga oleh masyarakat yang tidak mengenal Yesus Kristus. Orang Kristen diperlakukan tidak adil, dianiaya dan dibunuh, bahkan dijadikan pakan binatang buas. Ada orang Kristen yang dibuat jadi bahan pertarungan untuk melawan para binatang buas (gladiator), jika orang Kristen itu tidak mampu melawan binatang buas maka dia akan dimakan oleh binatang buas tersebut.

 

Jika di mata dunia kita tidak berharga, namun bagi Tuhan kita sangat berharga. Jika manusia tidak dapat menghargai dan mengasihi sesamanya, namun Tuhan memperlakukan kita dengan kasih dan cinta yang tulus. Dunia ini boleh melihat kita sebagai orang yang kurang berharga, namun Tuhan sendiri menilai kita sangat berharga, sampai-sampai darah-Nya dicurahkan bagi kita.

 

Biarlah kita senantiasa sadar akan hal ini serta selalu bersyukur kapada-Nya yang telah membuat kita menjadi orang yang berharga. Maka, penting untuk kita ingat dan renungkan bahwa Tuhan telah menebus kita bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus.

 

Hidup kita ini sungguh amat sangat berharga, karena kita ditebus dengan harga yang sangat mahal yang tidak dapat dibeli dengan emas atau pun perak. Kita berharga karena Kasih dan kemurahan Tuhan semata. Darah Kristus adalah harga tebusan yang dibayar oleh Bapa kita agar kita beroleh hidup. Mari jangan sia-siakan hidup kita dengan menjauhi-Nya. Tuhan sungguh mengasihi kita. Pergunakanlah kesempatan yang ada untuk melayani sesama sebagai rasa syukur atas kebaikan Tuhan. Bangunlah dari keterpurukan, Bangkitlah dan bergegaslah untuk menunaikan tugas panggilanmu, engkau sungguh berharga dimata Tuhan.

 

DILAHIRKAN KEMBALI OLEH FIRMAN ALLAH

 

Merdeka dari belenggu, atau bebas dari kungkungan, rasanya seperti baru dilahirkan kembali, yakni memperoleh kesempatan memulai dari awal dengan kebebasan penuh tanpa dibayangi rasa takut akan tekanan, desakan dan pemaksaan. Menjadi merdeka itu bukan sekadar status, melainkan harus disertai dengan keberanian untuk memulai. Kekuatan mental menentukan nilai kemerdekaan itu.

 

Pernah suatu ketika, harimau yang biasa menjadi peliharaan dan hidupnya dipaksa untuk menghibur penonton sirkus akan dibebaskan di alam liar, dikembalikan ke habitat asalnya, yaitu hutan belantara. Para pencinta hewan harus sungguh-sungguh mempersiapkan harimau itu untuk menghadapi kehidupan di alam liar. Berbagai metode latihan diilakukan, seperti sedang membekali harimau itu agar dia dapat bertahan hidup dan menjalani hidupnya di hutan belantara. Ketika tiba harinya, harimau itu dibawa ke pingir hutan. Pintu kandangnya dilepas, tetapi harimau itu tidak segera lari ke dalam hutan. Seperti sedang kebingungan, selama beberapa jam harimau itu, bolak-balik keluar masuk kandang, seperti takut dan bimbang, tetapi akhirnya dia berjalan menuju hutan belantara.

 

Rasul Petrus mengawali suratnya dengan mengingatkan Jemaat Kristen di Kapodokia, Galatia, Asia Kecil, Pontus dan Bitinia bahwa mereka adalah orang-orang yang telah dilahirkan kembali untuk hidup berpengharapan. Mereka telah dimerdekakan dari belenggu gelapnya kehidupan oleh Kristus Yesus, agar oleh karena iman kepada Kristus mereka dapat memandang hidup yang selalu diterangi oleh kasih Tuhan. Hidup bukan untuk mati tanpa makna, tetapi hidup berpengharapan.

 

Kita telah dilahirkan kembali sebagai manusia baru. Dilahirkan oleh Kasih yang suci dari Allah Bapa kita, dengan cara melewati gelapnya kuasa kematian. Kristus Yesus telah mengalahkan kuasa kematian, yaitu teror, gelapnya kebencian, dendam, penindasan, dst. Kristus menaklukan kuasa kematian itu dengan kebangkitan-Nya. Sehingga Iman kepada Kristus tidak lagi tunduk dalam hukum pembalasan yang akan membelenggu hidup kita dalam kegelapan. Tuhan tidak hanya melepaskan kita dari “kandang jeruji” kematian ke “rimba” dunia yang penuh penindasan dan kebencian ini, tetapi Dia juga telah memperlengkapi kita dengan Firman-Nya dan Roh Kudus-Nya. Sehingga setiap kita diperlengkapi untuk menjalani kehidupan yang sungguh merdeka di dalam Kristus. Sekali pun dunia berlaku tidak adil kepada kita, tetapi karena kita adalah manusia baru, kita tahu bahwa kita akan selalu dimampukan untuk merdeka melakukan kebaikan dan menghidupi Kasih.

 

Pernah suatu ketika seorang pendeta bertanya kepada seorang laki-laki yang sedang menantikan hukuman, mengapa engkau melakukan kejahatan ini? Bukankah engkau seorang Kristen? Pria itu menjawab, aku melakukannya karena situasi yang memaksaku, dia selalu menghina dan merendahkan aku.

 

Sahabat yang dikasihi Tuhan.

Selalu ada saja alasan bisa kita buat untuk membenarkan perbuatan kita. Kesusahan atau mungkin saja penderitaan kerap kali dipakai untuk membenarkan tindakan kejahatan. Tetapi penulis Surat Petrus ini mengingatkan kita selalu, bahwa adalah suatu kasih karunia jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang seharusnya tidak ia tanggung (1 Petr 2:19-20). Oleh sebab itu perlu kesadaran penuh dan akal budi yang dicerahkan untuk menerima hal ini, yaitu bahwa identitas baru kita, lahir baru dalam Firman Allah, itulah yang menghibur dan memberi kekuatan kepada kita.

 

Kita adalah manusia baru karena Kristus telah menebus kita dengan harga yang mahal, yaitu bukan dengan barang yang fana, melainkan dengan darah-Nya yang mahal. Keberadaan kita di dunia ini adalah dalam rangka mengerjakan agenda dan rencana Allah. Seperti pohon yang ditanam dengan memiliki tujuan, demikian juga kita ditanam Allah di tengah dunia ini oleh karena tujuan Allah. Kita ada karena Firman Allah yang kekal dan kudus itu telah membaharui kehidupan kita. Kita ada di dunia ini adalah dalam rangka tujuan kudus Allah, dan kita mau mengerjakan apa yang sudah diagendakan Allah dalam Firman-Nya atas hidup kita.

 

Kiranya Firman Tuhan menjadi semangat baru bagi kehidupan kita. Sekali pun kita harus menderita karena kebenaran, kiranya sengsara Kristus, Firman Allah yang telah menjadi daging itu, memberi kekuatan kepada kita. Firman Allah kekal untuk selama-lamanya dan itulah kiranya yang mewarnai kehidupan kita. Ingatlah sahabatku, kita lahir dari Firman Allah. Maka kita harus melakukan apa yang dikehendaki Allah dalam kebenaran Firman-Nya. Amin.

UPLOAD: CSt. Dr Hisar Sirait

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: